nemu di sebuah blog lagi
Konon, jatuh cinta itu rumit. Pertamanya saja yang menggebu. Setelah itu, kita tak tahu ia mau ke mana, ke selatan, ke uatara atau ke mana...
Barangkali, karena makhluk bernama cinta ini hidup dalam wilayah rasa, maka memperbincangkan eksistensinya selalu bermuara pada absurditas yang kompleks. Kompleksitas itu muncul, paling tidak, karena banyak varian-varian karakter dan logika-logika intersubjektif yang mengitarinya. Bahkan, pada dataran yang lebih ekstrem, kesejatian cinta tak lebih dari sekedar hantu. The true love is like ghost. Almost all people speak it but only has view of them ever really discovered it.
Karena cinta sejati sering dianalogikan dengan hantu, maka ia ibarat sebuah misteri. Semakin banyak orang membicarakan dan membahasnya, justru cinta semakin menyisakan problem yang tak terselesaikan dan meninggalkan misteri yang tak terungkapkan. Cinta hanya bisa dikenang dan dinikmati. Dalam cinta, Nestapa kegelisahan adalah hierbolisme yang menyenangkan. Dan, menikmati geliat-geliat cinta adalah simphoni yang melenakan.
Maka bukanlah keajabiban jika narasi yang didengungkan roman SIti Nurbaya dan lagu nelangsa yang dinyanyikana Steven ketika mencintai Magdalena masih menggema sampai sekarang. Begitu juga dengan kisah cinta abadi yang dilakoni Layla-Majnun.
Dalam teori cinta, batas-batas teritorial dan sekat-sekat feodal bukanlah penghalang utama. Jangankan bulan, hati seekor semut pun akan saya berikan jika dikau yang memintanya, Sayang. Begitu kata sang pemabuk cinta. Dan, paradoks itu kian kentara, logika hiperbolisme yang menggelitik. Itulah mungkin yang mengilhami sutradara film gubahan SinemArt bertemakan cinta yang ditayangkan di SCTV tiap pukul 10 siang.
Maka tatkala nafas cinta mulai menggelora, yang menguat adalah bisikan-bisikan maya. Sang pecinta bahkan tenggelam dalam lamunan tanpa batas. Ia lupa bahwa kata-kata semanis madu. Lha, apa hubungannya dengan Cinta? Di sinilah keunikannya! Cinta, sepertinya selalu bermula dari buaian mimpi yang menggetarkan.
Itulah barangkali yang terjadi pada Facebooker dan Maniak Chatting, sebuah kerja keluyuran ke sana kemari dengan gaya tebar pesona dan narsisme yang subtil. Dari sekedar basa-basi, tukar nomor hand phone dan segala tetek bengeknya, hingga menerobos ke ruang privasi. Keakraban pun mulai terjalin. Rentetan kata-katanya kian nakal. Suranya kian genit. Dan mulailah rasa itu tumbuh....
"Andai dia tahu,
Bahwa saya sering banget terbangun tengah malam.
Bukan karena saya Insomnia, kleptomania atau mama mia. Bukan pula saya punya naluri hansip yang harus bangun ngeronda tengah malem. Tapi hanya ingin melihat upate status facebooknya yang kadang hingga berhari-hari tak terupdate. Hanya sekilas cukuplah sudah saya tahu keadaannya, tanpa berani berkomentar atau menulis di wall Fesbuknya".
Ya, betapa dunia maya adalah dunia paling absurd dan terkadang melankoli. Tapi, Itik Bali alias Ayu Laksmi, sang penulis kalimat di atas justru senang dengan dunia absurditasnya, dunia melankolisnya. Maka, ia sangat betah menunggui sang pujaan hati online hingga tengah malam, hingga akhirnya ia tertidur di sebelah computer dengan air liur ngences-ngences membasahi bantal hingga segede pulau Bali. Itulah sepenggal episode kisah cinta dunia maya, satu dari sekian juta lembaran kisah yang barangkali tidak pernah kita sadari khas, keunikan dan kejenakaannya.
Cinta dunia maya dan cinta-cintaan, cinta dusta dan cinta luka, cinta laba dan cinta-cinta lainnya adalah cerita dunia...
Lalu bagaimana dengan kisah cinta sobat sendiri? Silahkan sharing di sini...
Sabtu, 05 Juni 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar